Jelaskata.co.id

Informasi dan Edukasi

Pengepul Diduga Kurangi Timbangan Gabah Petani di Luwu Hingga 10 Kilo

LUWU | JELASKATA – Sebuah video yang memperlihatkan pengepul yang diduga mengurangi timbangan gabah petani di Desa Tirowali, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu viral di media sosial.

Dalam video yang diunggah akun Facebook @Said Palita nampak timbangan karung gabah petani dipotong sepihak hingga sekitar 10 kilogram.

Atas hal itu warga Desa Tirowali melakukan protes dan meminta Bupati Luwu dan Danramil untuk melakukan penertiban hal tersebut.

“Tolong Pak Danramil ditertibkan pengusaha gabah yang merugikan petani, Desa Tirowali, Kecamatan Ponrang. Pak Bupati mohon ditertibkan,” tulis Said Palita dalam keterangan unggahan.

Menanggapi viralnya video tersebut, Dandim 1403 Palopo Letkol Armed Kabit Bintaro Priyambono mengaku meminta anggotanya turun langsung ke lokasi.

Ia menjelaskan, selama ini Bulog memang melibatkan TNI, khususnya Babinsa, untuk mengawasi penyerapan gabah petani.

Namun pada peristiwa ini, petani diduga tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan Babinsa atau mitra resmi Bulog, sehingga kesepakatan pemotongan berat gabah terjadi langsung antara petani dan pengepul.

“Kemungkinan seperti itu,” ujar Kabit Bintaro.

Ia menambahkan, setelah dicek, kondisi gabah petani di Desa Tirowali masih memiliki kadar air tinggi, yakni sekitar 25 persen.

Sementara itu, Pimpinan Cabang Bulog Palopo Adi Yanuar menegaskan dua mekanisme penyerapan gabah di wilayah Luwu Raya.

Pertama, Bulog akan mendatangi petani di sawah, tanpa potongan apa pun, dengan harga Gabah Hasil Panen (GHP) Rp 6.500 per kilogram.

“Pemblian kedua melalui mitra Bulog yang ditunjuk, dengan sistem penjemputan di lokasi panen,” bebernya.

Adi menyebut, apabila terdapat potongan hingga 10 kilogram seperti dalam video, hal itu kemungkinan kesepakatan antara petani dan pengepul, bukan kebijakan Bulog.

Ia lalu menyarankan, agar petani selalu menghubungi Babinsa atau gudang bulog terdekat sebelum menjual gabah.

Karena keterbatasan sumber daya manusia, Bulog Palopo hanya memiliki 23 mitra di Luwu Raya.

Untuk menutupi kekurangan kapasitas, Bulog juga bekerja sama dengan mitra dari Kabupaten Sidrap.

“Setelah digiling menjadi beras, hasilnya kemudian dikirim kembali ke gudang Bulog Palopo,” ujar Adi.

Dengan langkah-langkah pengawasan yang melibatkan TNI dan Babinsa, Bulog berupaya memastikan hak petani terpenuhi dan praktik kecurangan di lapangan dapat diminimalisir.

Namun, koordinasi yang lebih baik antara petani, Babinsa, dan mitra pengepul dinilai krusial agar problema serupa tak terulang. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini