Jelaskata.co.id

Informasi dan Edukasi

Warga Desak Pemerintah Segera Tangani Persoalan Banjir di Luwu

LUWU | JELASKATA – Warga di Kabupaten Luwu tepatnya di Lingkungan Cappie, Kelurahan Larompong mendesak pemerintah untuk segera melakukan kebijakan yang strategis, berani, dan berpihak pada keselamatan warga untuk menagntisipasi banjir di wilayah tersebut.

Sebagaimana diketahui, di wilayah tersebut dalam dua bulan terakhir, banjir telah menerjang kampung ini sebanyak empat kali.

Artinya, dua kali dalam sebulan warga harus bersiap-siap menghadapi banjir setinggi lutut, meski hujan tak begitu deras.

Warga Cappie mendesak pemerintah untuk tidak lagi memelihara kebiasaan reaktif yang hanya muncul ketika genangan sudah naik ke teras rumah.

Royan curiga air yang meluap dan mengalir deras ke pemukiman tak sekadar berasal dari curah hujan lokal.

“Sudah cukup mengkhawatirkan. Ini bukan soal air yang datang tiba-tiba, tapi soal tak adanya lagi yang menahan air itu dari hulu,” kata salah satu warga, Royan Juliazka Chandrajaya, Sabtu (5/4/2025).

Ada kerusakan besar di kawasan hulu yang dulu berfungsi sebagai penyanggah alam.

Sebab kawasan yang dulu mampu memperlambat aliran air itu kini tak lagi bekerja sebagaimana mestinya.

“Kami hanya bisa menduga-duga. Mungkin sudah banyak alih fungsi lahan, atau sudah masuk industri ekstraktif, tambang misalnya. Tapi bukan kami yang harus cari tahu. Itu tugas pemerintah,” kata Royan.

Menurut Royan, warga sudah lelah ikut kena imbas akibat terjangan banjir.

Tak jarang, para petani kehilangan hasil panen karena sawah tertimbun lumpur tebal yang ikut bersama banjir.

Belum lagi, sambung Royan mengatakan, warga yang bekerja sebagai petambak merugi karena bibit ikan hanyut dibawa arus.

“Belum lagi kalau kita bicara infrastruktur. Rumah yang terus menerus kena banjir, pelahan akan mengalami pelapukan dan kerusakan. Aspal-aspal yang ada dusun kami, sebagiannya sudah mengalami kerusakan parah, itu terangkat. Dan butuh perbaikan yang maksimal dan menyeluruh,” bebernya.

Bahkan terbaru, ketika banjir, Jumat (4/4/2025) sekitar pukul 21.15 Wita, jalanan mengalami rusak berat.

Derasnya arus, membuat aspal mengelupas sekitar 5 meter dengan kedalaman berkisar hingga 30 centimeter.

“Dan sampai hari ini, respon pemerintah dari dulu sama saja. Tidak peka dan tidak responsif. Terutama dalam kaitannya dengan respon yang bersifat strategis. Memang semalam ada tim dari BPBD daerah tapi hanya melakukan assesment. Tapi setelahnya, tidak ada lagi. Jadi mau sampai kapan seperti ini,” ujarnya.

Royan mengaku, tanggul yang dibangun bertahun-tahun lalu di lekukan sungai, kini ibarat menahan air dengan tampah.

“Sudah tidak efektif. Banjir melampaui kapasitas tanggul. Masalahnya bukan di sini, tapi di atas sana (hulu),” lanjutnya.

“Kami ingin dilihat, didengar, dan dianggap sebagai warga Luwu sepenuhnya, bukan hanya sekedar corong suara setiap lima tahun sekali,” katanya mengakui.

Lebih lanjut, kata dia, ini merupakan tantangan untuk pemerintah yang baru terpilih.

“Jangan biarkan Cappie jadi korban dari kebijakan yang tak adil dan pengabaian yang sistematis,” tegasnya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini